Pengertian Penalaran
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis,berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.proses inilah yang disebut
menalar. Ada dua metode dalam penalaran,yaitu deduktif dan induktif.
Penalaran Deduktif merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang
bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi
baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Corak berpikir deduktif, yaitu : 1. Silogisme, 2. Entimem, 3. Rantai Deduksi.
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha
menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu
kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.
Silogisme
terbagi menjadi silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif
atau silogisme alternatif.
a) Silogisme Kategorial
Argumen
deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya
tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term
yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Contoh
:
1.
Semua
wanita di kantor tersebut sudah menikah.
Semua
wanita yang sudah menikah dapat memasak.
Jadi,
semua wanita di kantor tersebut dapat memasak.
Kaidah silogisme Kategorial:
- Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi.
- Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor)
- Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
- Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
- Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal.
- Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
- Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab itu, silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis.
- Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme
hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif
yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian,
bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak
terjadi.
Rumus
proposisi mayor dari silogisme ini adalah :
Jika
P, maka Q
Contoh
:
Premis
Mayor : Jika nilai ujian Hana dibawah tujuh, maka Ia harus
mengikuti pengulangan.
Premis
Minor : Nilai ujian Hana dibawah tujuh.
Konklusi
: Sebab itu, Hana mengikuti pengulangan.
Walaupun
premis mayor bersifat hipotetis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat
kategorial. Premis mayor sebenarnya mengandung dua pernyataan kategorial. Pada
contoh diatas, premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan
tidak turun danpanen akan gagal. Bagian pertama disebut
antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
Dalam
silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu kebenaran anteseden akan
mempengaruhi kebenaran akibat, kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan
pada akibatnya.
c) Silogisme Disjungtif atau Silogisme Alternatif
Silogisme
ini dinamakan Silogisme alternatif, karena:
- Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
- Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
- Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya, jika premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh
:
Premis
Mayor : Andi bingung, antara sepatu atau tas yang akan dia beli.
Premis
Minor : Andi membeli tas.
Konklusi
: Sebab itu, Andi tidak membeli sepatu.
2. Entimem
Silogisme
muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun
dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan dianggap
diketahui pula oleh orang lain.
Silogisme asli/awal :
Premis
Mayor : Semua murid yang lulus ujian nasional harus mendapat nilai
di atas 7
Premis
Minor : Agung mendapat nilai di atas 7
Konklusi
: Maka, Agung lulus ujian nasional
Entimem
: Agung merupakan murid yang lulus ujian nasional karena mendapat nilai di atas
7
3. Rantai Deduksi
Penalaran
yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak
berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa
bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.
Source :
wikipedia.com
google.com
google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar